77 Hari Menuju Bulan Suci Ramadhan
MENUJU BULAN SUVI RAMADHAN
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ. فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ. وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ. فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ. الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ. وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya, yang berbuat riya’, dan enggan (memberikan) bantuan. (Al-Ma’un 1-7)
Pada awal Surat ini, Allah memulainya dengan sebuah pertanyaan. Sebenarnya, bisa saja Allah langsung mengabarkan tentang orang-orang yang mendustakan agama, seperti “Ketahuilah orang-orang yang mendustakan agama”. Tapi Allah tidak menggunakan cara itu, Allah memakai bentuk pertanyaan sebagai cara menggugah pendengar agar lebih siap menerima informasi. Tentu berbeda ketika kita mendengar, “Ada seorang yang berbuat keji” dengan “Tahukah engkau, ada orang yang berbuat keji”
Kata Ad-Din الدِّينِ dalam ayat ini memiliki banyak arti. Ada yang memberi arti agama secara mutlak, yaitu orang-orang yang mendustakan agama islam itu sendiri. Walau dhohirnya terlihat muslim, tapi dia sedang mendustakan agamanya sendiri. Ada pula yang mengartikannya sebagai Hari Pembalasan. Yaitu orang-orang yang mengingkari Hari Kiamat dan Hari Pembalasan. Walaupun mengingkari Kiamat sama dengan mengingkari agama. Karena Percaya pada Hari Akhir termasuk dalam Ushuluddin yang harus diyakini. Dalam ayat lain, Allah juga menggunakan kata Ad-Din dengan makna Hari Pembalasan.
77 Hari Menuju Bulan Suci Ramadhan
yang termasuk mendustakan agama adalah mereka yang tidak saling menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Mementaskan kemiskinan bukan hanya tanggung jawab orang-orang kaya. Kita semua punya tanggung jawab kepada orang-orang miskin.
Jika tidak mampu untuk membantu secara langsung, kita masih punya kewajiban untuk mendorong orang-orang kaya agar membantu yang miskin. Tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak ikut serta membantu orang yang membutuhkan. Sungguh aneh manusia itu, disaat kaya begitu kikir dan enggan membantu. Disaat tak mampu juga tak mau saling menganjurkan untuk memberi orang-orang miskin.